© Copyright 2014 Duta Glory Community | Irwan Wicaksono | 085728802936 Psikologi Dan Bisnis - All Rights Reserved - http://www.dni.co.id

PSIKOLOGI EKSPERIMEN : Ciri-ciri metode ilmiah

ciri ciri metode ilmiah : 

1.      Tujuannya jelas atau purposiveness, merupakan definisi operasional.

2.      Rigor atau kokoh. Kekokohan ini dicari melalui penelitian ilmiah yang sifatnya terkendali atau kontrol serta prudent atau hati-hati, satu persatu dan berurutan.

3.      Testability, mengenai objektivitas. Bisa diuji atau diklarifikasi oleh orang lain. 

4.      Replikasi (generalisasi). Bisa diulang pada kesempatn lain dan hasilnya bisa di generalisasi.

5.      Parsimony (kesederhanaan), hipotesis yang disampaikan dalam metode ilmiah adalah hipotesis yang sederhana agar dapat dipahami oleh semua orang.



Metode ilmiah (kualitatif) berbeda dengan penelitian yang berparadigma naturalis atau alamiah (kuantitatif). Penelitian naturalis adalah penelitian untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau masalah yang ada dengan fakta-fakta yang ada di lapangan. (masalah → lapangan). Dalam metode ilmiah pasti ada hipotesis dan teori, sedangkan dalam penelitian naturalis hipotesis tidak ada, kalaupun ada tidak dijelaskan (hipotesis implisit) dan teorinya bisa di upgrade bila memungkinkan, sampai mendapat teori baru.



Bentuk-bentuk metode ilmiah :

1.      Eksperimen

2.      Penelitian survey

3.      Observasi 

Eksperiman adalah metode dalam penelitian ilmiah yang memberi kesempatan kepada peneliti untuk memanipulasi atau mengontrol variabel bebas dan melakukan pengukuran kepada variabel tergantung.



PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA SISWA SMA DI SOLO



PENGARUH JENIS KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA DI SOLO

JENIS KELAS

1.      KONVENSIONAL/REGULER

2.      AKSELERASI

3.      KELAS OLIMPIADE

Ada 5 ciri yang melekat pada eksperimen :

1.      Adanya manipulasi (pemberian perlakuan tertentu)

2.      Adanya kontrol

3.      Observasi, yaitu mengenai pengukuran

4.      Adanya kausalitas (sebab-akibat)

5.      Adanya randomisasi


MANIPULASI

Yaitu kegiatan peneliti dalam memberikan perlakuan kepada subjek eksperimen. Manipulasi bisa hanya dilakukan pada satu variabel bebas atau lebih. Jika variabel bebasnya hanya satu, maka VI itu harus bisa dimanipulasi. Tapi jika variabel bebasnya dua atau lebih, maka cukup atau minimal memanipulasi satu VI saja. Variabel pada diri manusia tidak semuanya bisa dimanipulasi, ada variabel-variabel tertentu yang sifatnya given sepertiagama. Ada 3 jenis eksperimen :

1.      Menciptakan. Sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Misalnya penelitian mengenai motif berprestasi dengan prestasi belajar. Awalnya subjek tidak punya motif untuk berprestasi, kemudian subjek diberi reward berupa hadiah jika nilainya bagus. Dari sini timbullah motif yang semula tidak ada. 

2.      Mengubah yang sudah ada. Misalnya dengan mengubah lingkungan fisik, subjek belajar pada ruangan dengan cat yang kusam. Setelah satu semester prestasinya biasa saja. Peneliti memanipulasi dengan mengubah cat menjadi berwarna hitam agar prestasinya meningkat, tapi hasilnya prestasi subjek turun. Kemudian cat diubah menjadi warna cerah, hasilnya prestasi subjek meningkat.

3.      Menimbulkan (Induce). Sesuatu yang sebelumnya sudah ada, tapi sifatnya statik. Manipulasi dengan cara menimbulkan berkaitan dengan emosi. Misalnya penelitian mengenai pengaruh rasa takut (sebagai VI, maka harus dimunculkan) terhadap prestasi belajar. Rasa takut tidak selalu ada, tapi dalam penelitian karena rasa takut adalah VI maka harus dimunculkan, misalnya dengan didengarkan suara-suara setan. Sebenarnya rasa takut sudah ada tapi dalam keadaan normal sifatnya statik.





MENGENDALIKAN ATAU KONTROL

Kontrol adalah upaya peneliti untuk mencegah pencemaran pengaruh VI terhadap VD (VD adalah variabel yang variasinya dipengaruhi oleh banyak VI). Ada 6 cara melakukan kontrol :

1.      Eliminasi, artinya keberadaannya dihilangkan. VI atau variabel sekunder lain yang secara teoritik mempengaruhi VD tapi tidak dilibatkan dalam penelitian, untuk mengontrol VI lain harus dihilangkan. Eliminasi lingkungan misalnya dengan lingkungan.

2.      Konstansi, dengan dibuat sama atau konstan sehingga variasinya hilang. supaya VI tidak mempengaruhi VD maka dibuat sama (dibuat tidak punya variasi). Konstansi bisa melalui karakteristik subjek dan kondisi (lingkungan).

Contoh konstansi melalui kondisi (lingkungan) dimana kondisi pelaksanaan eksperimen harus sama, misalnya prestasi belajar yang dipengaruhi metode belajar A (dengan kipas angin) dan metode belajar B (tanpa kipas angin) sebagai VI nya. Suasananya pasti berbeda antara metode belajar A dengan metode belajar B, maka lingkungan tersebut harus disamakan yaitu  sama-sama dinyalakan kipas anginnya.

Contoh konstansi melalui karakteristik subjek misalnya produktivitas karyawan yang dipengaruhi oleh tata ruang kantor dan gaji sebagai VI nya. Jika peneliti ingin mengetahui pengaruh tata ruang kantor terhadap produktivitas karyawan, maka variabel gaji dikontrol, sehingga subjek adalah karyawan dengan gaji yang sama.

3.      VI kedua, jika ada VI yang tidak bisa dikontrol.

4.      Kontrol statistik, tidak berkitan dengan kontrol variabel lingkungan maupun variabel di dalam individu. Kontrol statistik lebih ditujukan kepada bahwa analisis yang dilakukan adalah analisis yang terbaik. Dalam eksperimen, analisis statistik yang digunakan adalah analisis statistik komparatif seperti uji T dan anava. Di dalam anakova pengaruh variabel sekunder diperhitungkan.

5.      Counter balancy. Kontrol berupa counter balancy dilakukan bila manipulasi yang dilakukan berupa manipulasi yang repetitif (ada pengulangan) dan atau varian variatif. Misal lima orang subjek diberikan perlakuan yang sama berupa AAA BBB. Di sini ada pengulangan dan variasi. Jadi yang berpengaruh pada VD adalah yang perlakuan A atau B? Maka dilakukan couter balancy dan dibalik menjadi BBB AAA. Kerugian cara ini adalah pertanyaan tentang pengaruh perlakuan masing-masing individu pada VD selalu muncul, sehingga selalu menimbulkan pertanyaan terus, maka dibuat balancy kelompok. Subjek 1 dan 2 diberi perlakuan AAA BBB, sedangkan subjek 4 dan 5 diberi perlakuan BBB AAA.

6.      Randomisasi, yaitu pengelompokan subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Randomisasi bisa menjadi karakteristik eksperimen sendiri. Ada dua jenis randomisasi yaitu :

a.       Random Assignment (RA) yaitu randomisasi terhadap subjek menjadi kelompok dalam penelitian eksperimen, minimal ada kelompok eksperimen yang diberi manipulasi dan ada kelompok kontrol yang tidak dimanipulasi. Random ini untuk menentukan subjek mana yang masuk kelompok eksperimen dan subjek mana yang kelompok kontrol, tapi kelompok subjek belum diberi nama, mana yang kelompok kontrol dan kelompok mana yang kelompok eksperimen.

b.      Random Treatment (RT) yaitu pembagian secara random treatment atau perlakuan kepada kelompok subjek yang sudah terbentuk.

Misalnya dari 50 orang subjek dirandom ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok sepuluh subjek. Jadi RA hanya sampai pada pengelompokan subjek saja. Sedangkan RT untuk membagi secara random mana kelompok kontrol dan mana kelompok eksperimen untuk kemudian diberikan perlakuan.





KAUSALITAS

Kausalitas adalah hubungan-hubungan sebab-akibat antar-variabelyang dapat disederhanakan dalam pola-pola tertentu berdasarkan munculnya satu gejala atas gejala yang lain. Kausalitas dapat dicermati dengan :

1        Causative condition merupakan hubungan sebab akibat yang tidak bersifat necessity maupun sufficient, tetapi suatu unsur memberi kontribusi bagi munculnya kejadian tertentu. Misalnya perilaku anak merokok dapat disebabkan oleh usia anak, perilaku merokok orang tuanya, temannya yang merokok, serta konsistensi penerapan perilaku disiplin oleh orang tua yang merupakan causative factor bagi anak untuk merokok.

2        Atensedent yaitu suatu peristiwa yang mendahului peristiwa yang lain tapi tidak selalu menjadi penyebab.

3        Kovariasi temporal yaitu bahwa dua peristiwa atau perilaku yang berubah atau bervariasi dalam ruang atau waktu yang sama. Misalnya ruang kuliah yang terang dan ber AC akan terasa sangat nyaman, tapi bila tiba-tiba AC dimatikan dan ruangan menjadi gelap maka mahasiswa akan berteriak.

4        Necessity yaitu kondisi yang harus ada supaya muncul perubahan perilaku. Persyaratan minimal harus ada supaya terjadi perubahan perilaku, meskipun belum tentu mencukupi. Misalnya supaya dapat menulis buku harus mempunyai kertas (syarat minimal).

5        Sufficient yaitu kondisi yang tidak harus ada tapi mencukupi untuk terjadinya perubahan perilaku pada suatu peristiwa. Misalnya upaya untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Necessity atau syarat minimalnya yaitu kecerdasan atau IQ yang relatif stabil. Sedangkan sufficient-nya yaitu dengan metode pembelajaran yang dikembangkan seperti KBK. Metode belajar digunakan sebagai sufficient untuk merubah perilaku.

6        Necessity dan Sufficient. Misalnya untuk mengubah perilaku,hadiah (sufficient) dan hukuman (Necessity) dapat digabungkan. Meskipun sebenarnya keduanya bisa berdiri sendiri.





Penelitian eksperimental berbeda dengan penelitian korelasional.

Penelitian eksperimental
Penelitian korelasional
1.      Memakai kata kausalitas
2.      Lingkungan yang dipakai lebih dari satu, yaitu lingkungan di dalam diri subjek dan lingkungan di luar diri subjek seperti suhu
3.      Pengaruh satu arah;
Misalnya perubahan lingkungan yang mempengaruhi kinerja karyawan
1.      Memakai kata korelasi
2.      hanya memakai satu lingkungan



3.      Hubungan antara X dan Y dapat saling timbal balik (saling mempengaruhi)
X ↔ Y







VALIDITAS

Validitas adalah kualitas sesuatu dalam melaksanakan fungsinya. Misalnya Validitas sebagai dosen, apakah sudah mendidik dengan baik? Psikologi membahas validitas dalam tiga kontens berikut :

1.      Validitas soal                                   

2.      Validitas tes (validitas alat ukur)     

3.      Validitas penelitian

Untuk Validitas soal dan Validitas tes akan dibahas dalam psikometri, PSP dan konstruksi tes.



VALIDITAS PENELITIAN

Validitas penelitian adalah kualitas yang menunjukkan apakah penelitian itu sudah melaksanakan fungsinya atau belum. Sedangkan fungsi penelitian adalah mengungkap fakta, mendapat data, membuat kesimpulan serta rekomendasi. Validitas penelitian adalah kualitas yang menunjukkan apakah penelitian menunjukkan hasil yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Validitas penelitian (untuk penelitian eksperimen) ada 4 jenis :

1.      Validitas internal. Berkaitan apakah Y bervariasi memang semata-mata ada manipulasi pada X. Validitas internal tinggi bila pengubahan pada VD benar-benar disebabkan oleh manipulasi pada X, bukan karena kebetulan atau faktor yang tidak relevan.

2.      Validitas ekternal. Berkaitan apakah hasil suatu penelitian eksperimen bisa dikenakan pada kondisi lain yang homogen.

3.      Validitas Konstruksi. Berkaitan apakah rancangan eksperimen yang digunakan. Apakah memang rancangan yang digunakan sudah tepat (mencukupi) atau belum.

4.      Validitas keputusan statistik. Berkaitan apakah analisis statistik yang digunakan sudah tepat atau belum.



VALIDITAS INTERNAL

Beberapa hal yang mempengaruhi validitas internal yaitu :

1.      Maturasi atau kematangan baik fisik (lebih longitudinal), psikis, sosial dan seksual. Validitas internal bisa terancam karena adanya faktor maturasi sehingga Y berubah bukan karena X tapi karena maturasi. Misalnya pada remaja akhir (yang hampir dewasa) tapi belum bisa dewasa, gending jawa bisa menurunkan atau mengurangi agresivitas, artinya sudah dewasa, tapi tidak Cuma karena gending jawa saja, bisa juga karena kematangan emosinya.

2.      History atau pengalaman sebelumnya, misalnya penelitian mengenai pengaruh permainan tradisional terhadap kesiapan sekolah anak usia 2-6 tahun. Agar variabel internalnya tinggi, bahwa kesiapan sekolah tinggi semata-mata karena permainan tradisional. Sebelum memasuki sekolah selain permainn tradiosional subyek juga punya pengalaman yang dapat mempengaruhi kesiapan sekolahnya seperti memaki tas, tempat minum, dan alat-alat lain untuk sekolah.

3.      Testing pre-test (test yang diberikan sebelum manipulasi) dan post-test (tes yang diberikan setelah manipulasi) dengan alat ukur yang sama. Jika hasil pre-test dan post-test sama maka pengaruh efek latihan. Jika efek latihan tidak ada maka validitas internalnya tinggi.

4.      Instrumentasi, berkaitan dengan apakah alat ukur yang dipakai bisa mengurangi pengaruh efek latihan atau tidak? Perlu ada modifikasi agar memory tidak hilang.

5.      Regresi statistik yaitu penurunan atau kembali ke rata-rata. Misalnya pengukuran IQ pada pre-testanak sekolah favorit tinggi, tapi hasil pengukuran anak sekolah negeri rendah. Pengukuran IQ pada post-test sebaliknya, anak sekolah favorit turun sedangkan anak sekolah negeri naik. Maka nilai-nilai tersebut ketika diukur lagi pada post-test akan mengalami penurunan. Cara mengatasinya adalah dengan mengambil subjek yang nilainya rata-rata.

6.      Seleksi, untuk mendapatkan subjek yang homogen dengan melihat nilai-nilai pada pre-test (berada pada kategori yang sama). Misalnya kategori sedang. Perlu kepekaan dari peneliti untuk calon subjek sehingga seleksinya tidak salah.

7.      Mortalitas, berkaitan apakah selama eksperimen berloangsung ada subjek yang mengundurkan diri atau tidak? Misalnya penelitian dengan subjek 20 orang. 10 subjek dalam kelompok eksperimen dan 10 subjek dalam kelompok kontrol. Namun ditengah penelitian 3 subjek dari kelompok eksperimen mundur dan 6 subjek dari kelompok kontrol mundur. Jadi sebanyak 9 subjek mortal dan ini akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan data, karena jika dibandingkan nilai mean nya akan berbeda dengan nilai saat pre-test dan akan mengubah hasil.

8.      Interaksi dari berbagai faktor.



VALIDITAS KONSTRUKSI

Kunci untuk melihat validitas itu tercapai atau tidak :

1.      Pemilihan VI nya. Dalam penelitian kualitatif (eksperimen) yang dipikirkan adalah bagaimana membuat variasi pada VD. Bahwa VI yang dipilih memang faktor yang berpengaruh terhadap VD. Misalnya kepemimpinan, aturan,reward dan punishment adalah VI atau X yang mempengaruhi kedisiplinan sebagai VD. Contoh konstruksi yang salah misalnya pengaruh banyaknya kipas angin (X) terhadap kedisiplinan.

2.      Pemilihan VD yaitu yang bisa diukur, bisa diamati, tidak mudah berubah seperti kecerdasan dan prestasi belajar.

3.      Setelah dipilih VI maupun VD akan dioperasionalkan sebagai apa? Dioperasionalkan maksudnya bagaimana memanipulasi dan menyusun alat ukur sebaik mungkin. Catatan : untuk alat ukur non kognitif, judul tidak perlu ditulis karena bisa mengarahkan jawaban dari subjek.

4.      Membuat hipotesis yang tidak diterka. Jadi lebih ke dinamika psikologisnya. Misalnya, mengapa hasil hipotesisnya ’begini’

5.      Respon subjek. Yang diharapkan adalah peneliti mendapatkan respon subjek yang sesungguhnya, yang dapat diidentifikasi dengan bantuan statistik yaitu dengan menaruh nilai-nilai masing-masing subjek pada diagram. Outlier subjek yang jawabannya terlalu jauh tidak dipakai.

6.      Harapan peneliti, dapat merusak variabel konstruksi. Jika hipotesis tidak terbukti mahasiswa takut. Kemudian ada usaha-usaha tertentu agar hipotesis terbukti. Padahal peneliti harusnya netral.



VALIDITAS EKSTERNAL

Kata kunci

1.      Subjek

2.      Setting

3.      Waktu

Subjek, setting dan waktu berkaitan dengan populasi. Ada 3 jenis populasi yaitu:

  1. Populasi subjek, terdiri dari :



a.       Populasi target yaitu populasi dimana peneliti ingin mengenakan generalisasi. Misalnya penelitian mengenai anak usia dini sekota Semarang maka subjeknya adalah semua anak usia dini di kota Semarang.

b.      Populasi terjangkau yaitu populasi yang bisa dicapai sebagai subjek penelitian (dijadikan sampel atau tidak) misal karena suatu hal jadi hanya mengambil subjek di kecamatan Tembalang saja.

Yang perlu dicermati adalah karakteristik dari subjek.



  1. Populasi ekologis atau lingkungan

Populasi ekologis adalah tempat dimana subjek berada. Populasi ekologis terdiri dari:

1.      Populasi fisik atau tempat tinggal misalnya di pantai atau di pegunungan.

2.      Populasi sosial, misalnya di barat ambisi adalah baik sedangkan ambisi di Jawa adalah buruk. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pemahaman.



3.      Populasi temporal

Misalnya menggenaralisasikan kondisi tahun 90an dengan kondisi sekarang tidak akan bisa karena sudah sangat berbeda kondisinya.



Penelitian eksperimen berkaitan dengan validitas mempunyai validitas internal yang baik. Validitas internal baik karena kontrolnya ketat. Validitas eksternal buruk akan menghasilkan validitas yang rendah karena subjeknya sedikit.

Cara agar validitas eksternal meningkat:

  1. Replikasi, subjek banyak, dibuat kondisi yang berbeda.
  2. Penentuan target populasi.

KEPUTUSAN STATISTIK

Tentang apakah analisis yang digunakan sudah tepat. Kata kunci :

1.      Realibilitas alat ukur dan manipulasi

2.      Dipenuhinya asumsi penggunaan analisis. Dalam analisis (statistik eksperimen pakailah statistik parametrik tidak tercapai karena subjeknya terbatas, sementara statistik parametrik butuh subjek yang banyak minimal 23. kenapa disarankan pakai statistik parametrik? Ini berkaitan dengan probabilitas dan power statistik (ketetapan prediksi). Power statistik yang memakai statistik parametrik kuat bila sempelnya besar, power statistik yang memaki statistik non parametrik lemah bila sampel nya kecil. Probabilitas 50 subjek, kemungkinan benarnya 50 (subjek) : 80 (jumlah mahasiswa psikologi angkatan 2000).

Posting Komentar