MEMORI
Disusun oleh: Judithia A. Wirawan, Psi., Msi.
Dalam lingkup ilmu Psikologi, ada beberapa teori
mengenai Memori yang dikemukakan oleh para ahli. Di bawah ini akan dibahas
beberapa dari teori-teori tersebut.
ASSOCIATION MODEL
(MODEL ASOSIASI)
Teori awal mengenai Memori dikenal sebagai Association
Model (Model Asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil dari
koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori
ini antara lain adalah Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara
lain mengenai fungsi lupa serta savings
COGNITIVE MODEL
(MODEL KOGNITIF)
Cognitive Model (Model Kognitif) mengatakan
bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini
mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut:
Memori Sensoris: Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory information
after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas,
kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris
yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi
yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori
Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu
memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.
Memori Jangka Pendek: Memori Jangka Pendek disimpan lebih
lama dibanding Memori Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari
dalam benak kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses
untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori
Jangka Panjang, misalnya rehearsal
(mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya
kita mengingatnya) atau encoding
(proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu
yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah ketika kita
melakukan chunking, seperti ketika kita
mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan
angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat.
Memori Jangka Panjang: Memori Jangka Panjang adalah
informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan kita untuk keperluan di
masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan informasi yang sudah berada
di Memori Jangka Panjang, maka kita akan melakukan proses retrieval, yaitu proses
mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut. Proses retrieval ini bisa berupa:
Recognition:
Mengenali suatu stimulus yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya
dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua
pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban
yang benar di antara pilihan yang ada.
Recall:
Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu.
Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi
di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal.
Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue,
yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka
Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari
ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge.
Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa
kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.
TULVING’S THEORY OF MULTIPLE MEMORY
SYSTEMS
Menurut Tulving, Memori dapat dilihat sebagai
suatu hirarki yang terdiri dari tiga sistem Memori:
Memori Prosedural: Memori mengenai bagaimana caranya
melakukan sesuatu, misalnya Memori mengenai bagaimana caranya mengupas
pisang lalu memakannya. Memori ini tidak hanya dimiliki manusia, melainkan
dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai kemampuan belajar, misalnya
binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan akrobat di sirkus.
Memori Semantik: Memori mengenai fakta-fakta, misalnya Memori
mengenai ibukota-ibukota Negara. Kebanyakan dari Memori Semantik berbentuk
verbal.
Memori Episodik: Memori mengenai peristiwa-peristiwa yang
pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Misalnya
Memori mengenai pengalaman masa kecil seseorang.
Tulving mengajukan bukti adanya sistem memori
yang terpisah-pisah seperti di atas antara lain melalui:
Amnesia: Adanya amnesia yang berbeda-beda, misalnya penderita
amnesia yang melupakan semua Memori Episodik (pengalaman masa lalu), tapi
masih mengingat Memori Prosedural.
Penyakit Alzheimer’s yang juga hanya menyerang sistem memori
tertentu saja.
CARA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMORI
Para ahli masih memperdebatkan apakah Memori
merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait
merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill
merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.
Orang yang memiliki kemampuan Memori yang sangat
tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Proses encoding
yang majemuk dan bermakna.
Memiliki banyak cue
dengan asosiasi tinggi
Banyak latihan
Contoh orang-orang dengan kemampuan Memori yang
tinggi:
Steve Faloon: dapat mengingat deretan angka yang panjang
John Conrad: dapat mengingat pesanan makanan di restoran
dengan sangat baik
Rajan: dapat mengingat angka phi
Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain:
Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat.
Method
of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak
kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang
ingin diingat.
Peg
word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan
kata lain yang berirama.
Menggunakan bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan
bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu.
Memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan
di luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan
luar kepala.
Konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan
konteks ketika hal tersebut harus diingat kembali (encoding specificity)
Memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara
emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu tinggi.
Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu.
Memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali
walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu
dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3
sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang
lamanya 1 jam.
Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam
beberapa cara, misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual
maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar