1. Tujuannya jelas atau purposiveness,
merupakan definisi operasional.
2. Rigor atau kokoh. Kekokohan ini dicari
melalui penelitian ilmiah yang sifatnya terkendali atau kontrol serta prudent
atau hati-hati, satu persatu dan berurutan.
3. Testability, mengenai objektivitas. Bisa
diuji atau diklarifikasi oleh orang lain.
4. Replikasi (generalisasi). Bisa diulang
pada kesempatn lain dan hasilnya bisa di generalisasi.
5. Parsimony (kesederhanaan), hipotesis yang
disampaikan dalam metode ilmiah adalah hipotesis yang sederhana agar dapat
dipahami oleh semua orang.
Metode ilmiah
(kualitatif) berbeda dengan penelitian
yang berparadigma naturalis atau alamiah (kuantitatif). Penelitian
naturalis adalah penelitian untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau
masalah yang ada dengan fakta-fakta yang ada di lapangan. (masalah → lapangan).
Dalam metode ilmiah pasti ada hipotesis dan teori, sedangkan dalam penelitian
naturalis hipotesis tidak ada, kalaupun ada tidak dijelaskan (hipotesis
implisit) dan teorinya bisa di upgrade bila memungkinkan, sampai mendapat teori
baru.
Bentuk-bentuk metode ilmiah :
1. Eksperimen
2. Penelitian survey
3. Observasi
Eksperiman adalah
metode dalam penelitian ilmiah yang memberi kesempatan kepada
peneliti untuk memanipulasi atau mengontrol variabel bebas dan melakukan pengukuran kepada variabel
tergantung.
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BERDASARKAN JENIS
KELAMIN PADA SISWA SMA DI SOLO
PENGARUH JENIS KELAS
TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA DI
SOLO
JENIS KELAS
1. KONVENSIONAL/REGULER
2. AKSELERASI
3. KELAS OLIMPIADE
Ada 5 ciri yang melekat pada eksperimen :
1. Adanya manipulasi (pemberian perlakuan
tertentu)
2. Adanya kontrol
3. Observasi, yaitu mengenai pengukuran
4. Adanya kausalitas (sebab-akibat)
5. Adanya randomisasi
MANIPULASI
Yaitu kegiatan peneliti dalam memberikan perlakuan
kepada subjek eksperimen. Manipulasi bisa hanya dilakukan pada satu variabel
bebas atau lebih. Jika variabel bebasnya hanya satu, maka VI itu harus bisa
dimanipulasi. Tapi jika variabel bebasnya dua atau lebih, maka cukup atau
minimal memanipulasi satu VI saja. Variabel pada diri manusia tidak semuanya
bisa dimanipulasi, ada variabel-variabel tertentu yang sifatnya given
sepertiagama. Ada 3 jenis eksperimen
:
1. Menciptakan. Sesuatu
yang sebelumnya tidak ada. Misalnya penelitian mengenai motif berprestasi
dengan prestasi belajar. Awalnya subjek tidak punya motif untuk berprestasi,
kemudian subjek diberi reward berupa hadiah jika nilainya bagus. Dari sini
timbullah motif yang semula tidak ada.
2. Mengubah yang sudah ada. Misalnya dengan mengubah lingkungan fisik, subjek belajar pada ruangan
dengan cat yang kusam. Setelah satu semester prestasinya biasa saja. Peneliti
memanipulasi dengan mengubah cat menjadi berwarna hitam agar prestasinya
meningkat, tapi hasilnya prestasi subjek turun. Kemudian cat diubah menjadi
warna cerah, hasilnya prestasi subjek meningkat.
3. Menimbulkan (Induce).
Sesuatu yang sebelumnya sudah ada, tapi sifatnya statik. Manipulasi dengan cara
menimbulkan berkaitan dengan emosi. Misalnya penelitian mengenai pengaruh rasa
takut (sebagai VI, maka harus dimunculkan) terhadap prestasi belajar. Rasa
takut tidak selalu ada, tapi dalam penelitian karena rasa takut adalah VI maka
harus dimunculkan, misalnya dengan didengarkan suara-suara setan. Sebenarnya
rasa takut sudah ada tapi dalam keadaan normal sifatnya statik.
MENGENDALIKAN ATAU KONTROL
Kontrol adalah upaya peneliti untuk mencegah
pencemaran pengaruh VI terhadap VD (VD adalah variabel yang variasinya
dipengaruhi oleh banyak VI). Ada 6 cara
melakukan kontrol :
1. Eliminasi, artinya
keberadaannya dihilangkan. VI atau variabel sekunder lain yang secara teoritik
mempengaruhi VD tapi tidak dilibatkan dalam penelitian, untuk mengontrol VI
lain harus dihilangkan. Eliminasi lingkungan misalnya dengan lingkungan.
2. Konstansi, dengan
dibuat sama atau konstan sehingga variasinya hilang. supaya VI tidak
mempengaruhi VD maka dibuat sama (dibuat tidak punya variasi). Konstansi bisa
melalui karakteristik subjek dan kondisi (lingkungan).
Contoh konstansi melalui kondisi
(lingkungan) dimana kondisi pelaksanaan eksperimen harus sama, misalnya prestasi
belajar yang dipengaruhi metode belajar A (dengan kipas angin) dan metode
belajar B (tanpa kipas angin) sebagai VI nya. Suasananya pasti berbeda antara
metode belajar A dengan metode belajar B, maka lingkungan tersebut harus
disamakan yaitu sama-sama dinyalakan
kipas anginnya.
Contoh konstansi melalui karakteristik
subjek misalnya produktivitas karyawan yang dipengaruhi oleh tata ruang
kantor dan gaji sebagai VI nya. Jika peneliti ingin mengetahui pengaruh tata
ruang kantor terhadap produktivitas karyawan, maka variabel gaji dikontrol,
sehingga subjek adalah karyawan dengan gaji yang sama.
3. VI kedua, jika ada VI
yang tidak bisa dikontrol.
4. Kontrol statistik,
tidak berkitan dengan kontrol variabel lingkungan maupun variabel di dalam
individu. Kontrol statistik lebih ditujukan kepada bahwa analisis yang
dilakukan adalah analisis yang terbaik. Dalam eksperimen, analisis statistik
yang digunakan adalah analisis statistik komparatif seperti uji T dan anava. Di
dalam anakova pengaruh variabel sekunder diperhitungkan.
5. Counter balancy.
Kontrol berupa counter balancy dilakukan bila manipulasi yang dilakukan berupa
manipulasi yang repetitif (ada pengulangan) dan atau varian variatif. Misal
lima orang subjek diberikan perlakuan yang sama berupa AAA BBB. Di sini ada
pengulangan dan variasi. Jadi yang berpengaruh pada VD adalah yang perlakuan A
atau B? Maka dilakukan couter balancy dan dibalik menjadi BBB AAA. Kerugian
cara ini adalah pertanyaan tentang pengaruh perlakuan masing-masing individu
pada VD selalu muncul, sehingga selalu menimbulkan pertanyaan terus, maka
dibuat balancy kelompok. Subjek 1 dan 2 diberi perlakuan AAA BBB, sedangkan
subjek 4 dan 5 diberi perlakuan BBB AAA.
6. Randomisasi, yaitu
pengelompokan subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Randomisasi bisa menjadi karakteristik eksperimen sendiri. Ada dua jenis
randomisasi yaitu :
a. Random Assignment (RA) yaitu randomisasi terhadap subjek menjadi kelompok dalam penelitian
eksperimen, minimal ada kelompok eksperimen yang diberi manipulasi dan ada
kelompok kontrol yang tidak dimanipulasi. Random ini untuk menentukan subjek
mana yang masuk kelompok eksperimen dan subjek mana yang kelompok kontrol, tapi
kelompok subjek belum diberi nama, mana yang kelompok kontrol dan kelompok mana
yang kelompok eksperimen.
b. Random Treatment (RT) yaitu pembagian secara random treatment atau perlakuan kepada kelompok
subjek yang sudah terbentuk.
Misalnya dari 50 orang
subjek dirandom ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok sepuluh subjek.
Jadi RA hanya sampai pada pengelompokan subjek saja. Sedangkan RT untuk membagi
secara random mana kelompok kontrol dan mana kelompok eksperimen untuk kemudian
diberikan perlakuan.
KAUSALITAS
Kausalitas adalah hubungan-hubungan sebab-akibat
antar-variabelyang dapat disederhanakan dalam pola-pola tertentu berdasarkan
munculnya satu gejala atas gejala yang lain. Kausalitas dapat dicermati dengan :
1
Causative
condition merupakan hubungan sebab akibat yang tidak bersifat necessity maupun
sufficient, tetapi suatu unsur memberi kontribusi bagi munculnya kejadian
tertentu. Misalnya perilaku anak merokok dapat disebabkan oleh usia anak,
perilaku merokok orang tuanya, temannya yang merokok, serta konsistensi
penerapan perilaku disiplin oleh orang tua yang merupakan causative factor bagi
anak untuk merokok.
2
Atensedent
yaitu suatu peristiwa yang mendahului peristiwa yang lain tapi tidak selalu
menjadi penyebab.
3
Kovariasi
temporal yaitu bahwa dua peristiwa atau perilaku yang berubah atau bervariasi
dalam ruang atau waktu yang sama. Misalnya ruang kuliah yang terang dan ber AC
akan terasa sangat nyaman, tapi bila tiba-tiba AC dimatikan dan ruangan menjadi
gelap maka mahasiswa akan berteriak.
4
Necessity
yaitu kondisi yang harus ada supaya muncul perubahan perilaku. Persyaratan
minimal harus ada supaya terjadi perubahan perilaku, meskipun belum tentu
mencukupi. Misalnya supaya dapat menulis buku harus mempunyai kertas (syarat
minimal).
5
Sufficient
yaitu kondisi yang tidak harus ada tapi mencukupi untuk terjadinya perubahan
perilaku pada suatu peristiwa. Misalnya upaya untuk meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa. Necessity atau syarat minimalnya yaitu kecerdasan atau IQ
yang relatif stabil. Sedangkan sufficient-nya yaitu dengan metode pembelajaran
yang dikembangkan seperti KBK. Metode belajar digunakan sebagai sufficient
untuk merubah perilaku.
6
Necessity dan Sufficient.
Misalnya untuk mengubah perilaku,hadiah (sufficient) dan hukuman (Necessity) dapat
digabungkan. Meskipun sebenarnya keduanya bisa berdiri sendiri.
Penelitian eksperimental berbeda dengan penelitian korelasional.
Penelitian
eksperimental
|
Penelitian
korelasional
|
1.
Memakai kata kausalitas
2.
Lingkungan yang dipakai lebih
dari satu, yaitu lingkungan di dalam diri subjek dan lingkungan di luar diri
subjek seperti suhu
3.
Pengaruh satu arah;
Misalnya perubahan lingkungan yang
mempengaruhi kinerja karyawan
|
1.
Memakai kata korelasi
2.
hanya memakai satu lingkungan
3. Hubungan antara X dan Y dapat saling
timbal balik (saling mempengaruhi)
X ↔ Y
|
VALIDITAS
Validitas adalah kualitas sesuatu dalam
melaksanakan fungsinya. Misalnya Validitas sebagai dosen, apakah sudah mendidik
dengan baik? Psikologi membahas validitas
dalam tiga kontens berikut :
1. Validitas soal
2. Validitas tes (validitas alat
ukur)
3. Validitas penelitian
Untuk Validitas soal dan Validitas tes akan
dibahas dalam psikometri, PSP dan konstruksi tes.
VALIDITAS PENELITIAN
Validitas penelitian adalah kualitas yang
menunjukkan apakah penelitian itu sudah melaksanakan fungsinya atau belum.
Sedangkan fungsi penelitian adalah mengungkap fakta, mendapat data, membuat
kesimpulan serta rekomendasi. Validitas penelitian adalah kualitas yang
menunjukkan apakah penelitian menunjukkan hasil yang sesuai dengan keadaan di
lapangan. Validitas penelitian (untuk
penelitian eksperimen) ada 4 jenis :
1. Validitas internal. Berkaitan apakah Y bervariasi memang semata-mata ada manipulasi pada X. Validitas internal
tinggi bila pengubahan pada VD benar-benar disebabkan oleh manipulasi pada X,
bukan karena kebetulan atau faktor yang tidak relevan.
2. Validitas ekternal. Berkaitan apakah hasil
suatu penelitian eksperimen bisa dikenakan pada kondisi lain yang homogen.
3. Validitas Konstruksi. Berkaitan apakah
rancangan eksperimen yang digunakan. Apakah memang rancangan yang digunakan sudah tepat
(mencukupi) atau belum.
4. Validitas keputusan statistik. Berkaitan
apakah analisis statistik yang digunakan sudah tepat atau belum.
VALIDITAS INTERNAL
Beberapa hal yang mempengaruhi validitas internal yaitu :
1. Maturasi atau kematangan baik fisik (lebih
longitudinal), psikis, sosial dan seksual. Validitas internal bisa terancam karena adanya
faktor maturasi sehingga Y berubah bukan karena X tapi karena maturasi. Misalnya
pada remaja akhir (yang hampir dewasa) tapi belum bisa dewasa, gending jawa
bisa menurunkan atau mengurangi agresivitas, artinya sudah dewasa, tapi tidak
Cuma karena gending jawa saja, bisa juga karena kematangan emosinya.
2. History atau pengalaman sebelumnya,
misalnya penelitian mengenai pengaruh permainan tradisional terhadap kesiapan
sekolah anak usia 2-6 tahun. Agar variabel internalnya tinggi, bahwa kesiapan
sekolah tinggi semata-mata karena permainan tradisional. Sebelum memasuki
sekolah selain permainn tradiosional subyek juga punya pengalaman yang dapat
mempengaruhi kesiapan sekolahnya seperti memaki tas, tempat minum, dan alat-alat
lain untuk sekolah.
3. Testing pre-test (test yang diberikan
sebelum manipulasi) dan post-test (tes yang diberikan setelah manipulasi)
dengan alat ukur yang sama. Jika hasil pre-test dan post-test sama maka
pengaruh efek latihan. Jika efek latihan tidak ada maka validitas internalnya
tinggi.
4. Instrumentasi, berkaitan dengan apakah
alat ukur yang dipakai bisa mengurangi pengaruh efek latihan atau tidak? Perlu
ada modifikasi agar memory tidak hilang.
5. Regresi statistik yaitu penurunan atau
kembali ke rata-rata. Misalnya pengukuran IQ pada pre-testanak sekolah favorit
tinggi, tapi hasil pengukuran anak sekolah negeri rendah. Pengukuran IQ pada
post-test sebaliknya, anak sekolah favorit turun sedangkan anak sekolah negeri
naik. Maka nilai-nilai tersebut ketika diukur lagi pada post-test akan
mengalami penurunan. Cara mengatasinya adalah dengan mengambil subjek yang
nilainya rata-rata.
6. Seleksi, untuk mendapatkan subjek yang
homogen dengan melihat nilai-nilai pada pre-test (berada pada kategori yang
sama). Misalnya kategori sedang. Perlu kepekaan dari peneliti untuk calon
subjek sehingga seleksinya tidak salah.
7. Mortalitas, berkaitan apakah selama
eksperimen berloangsung ada subjek yang mengundurkan diri atau tidak? Misalnya
penelitian dengan subjek 20 orang. 10 subjek dalam kelompok eksperimen dan 10
subjek dalam kelompok kontrol. Namun ditengah penelitian 3 subjek dari kelompok
eksperimen mundur dan 6 subjek dari kelompok kontrol mundur. Jadi sebanyak 9
subjek mortal dan ini akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan data, karena
jika dibandingkan nilai mean nya akan berbeda dengan nilai saat pre-test dan
akan mengubah hasil.
8. Interaksi dari berbagai faktor.
VALIDITAS KONSTRUKSI
Kunci untuk melihat validitas itu tercapai atau tidak :
1. Pemilihan VI nya. Dalam penelitian
kualitatif (eksperimen) yang dipikirkan adalah bagaimana membuat variasi pada
VD. Bahwa VI yang dipilih memang faktor yang berpengaruh terhadap VD. Misalnya
kepemimpinan, aturan,reward dan punishment adalah VI atau X yang mempengaruhi
kedisiplinan sebagai VD. Contoh konstruksi yang salah misalnya pengaruh
banyaknya kipas angin (X) terhadap kedisiplinan.
2. Pemilihan VD yaitu yang bisa diukur, bisa
diamati, tidak mudah berubah seperti kecerdasan dan prestasi belajar.
3. Setelah dipilih VI maupun VD akan
dioperasionalkan sebagai apa? Dioperasionalkan maksudnya bagaimana memanipulasi
dan menyusun alat ukur sebaik mungkin. Catatan : untuk alat ukur non kognitif,
judul tidak perlu ditulis karena bisa mengarahkan jawaban dari subjek.
4. Membuat hipotesis yang tidak diterka. Jadi
lebih ke dinamika psikologisnya. Misalnya, mengapa hasil hipotesisnya ’begini’
5. Respon subjek. Yang diharapkan adalah
peneliti mendapatkan respon subjek yang sesungguhnya, yang dapat diidentifikasi
dengan bantuan statistik yaitu dengan menaruh nilai-nilai masing-masing subjek
pada diagram. Outlier subjek yang jawabannya terlalu jauh tidak dipakai.
6. Harapan peneliti, dapat merusak variabel
konstruksi. Jika hipotesis tidak terbukti mahasiswa takut. Kemudian ada
usaha-usaha tertentu agar hipotesis terbukti. Padahal peneliti harusnya netral.
VALIDITAS EKSTERNAL
Kata kunci
1. Subjek
2. Setting
3. Waktu
Subjek, setting dan waktu berkaitan dengan
populasi. Ada 3 jenis populasi yaitu:
- Populasi subjek, terdiri dari :
a. Populasi target yaitu populasi dimana
peneliti ingin mengenakan generalisasi. Misalnya penelitian mengenai anak usia
dini sekota Semarang maka subjeknya adalah semua anak usia dini di kota Semarang.
b. Populasi terjangkau yaitu populasi yang
bisa dicapai sebagai subjek penelitian (dijadikan sampel atau tidak) misal
karena suatu hal jadi hanya mengambil subjek di kecamatan Tembalang saja.
Yang perlu dicermati adalah karakteristik dari
subjek.
- Populasi ekologis atau lingkungan
Populasi ekologis adalah tempat dimana subjek
berada. Populasi ekologis terdiri dari:
1. Populasi fisik atau tempat tinggal
misalnya di pantai atau di pegunungan.
2. Populasi sosial, misalnya di barat ambisi
adalah baik sedangkan ambisi di Jawa adalah buruk. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan pemahaman.
3. Populasi temporal
Misalnya menggenaralisasikan kondisi tahun 90an
dengan kondisi sekarang tidak akan bisa karena sudah sangat berbeda kondisinya.
Penelitian eksperimen berkaitan
dengan validitas mempunyai validitas internal yang baik. Validitas internal
baik karena kontrolnya ketat. Validitas eksternal buruk akan menghasilkan
validitas yang rendah karena subjeknya sedikit.
Cara agar validitas eksternal meningkat:
- Replikasi, subjek banyak, dibuat kondisi yang berbeda.
- Penentuan target populasi.
KEPUTUSAN STATISTIK
Tentang apakah analisis yang digunakan sudah tepat. Kata kunci :
1. Realibilitas alat ukur dan manipulasi
2. Dipenuhinya asumsi penggunaan analisis.
Dalam analisis (statistik eksperimen pakailah statistik parametrik tidak tercapai
karena subjeknya terbatas, sementara statistik parametrik butuh subjek yang
banyak minimal 23. kenapa disarankan pakai statistik parametrik? Ini berkaitan
dengan probabilitas dan power statistik (ketetapan prediksi). Power statistik
yang memakai statistik parametrik kuat bila sempelnya besar, power statistik
yang memaki statistik non parametrik lemah bila sampel nya kecil. Probabilitas
50 subjek, kemungkinan benarnya 50 (subjek) : 80 (jumlah mahasiswa psikologi angkatan
2000).
Posting Komentar