1. Tenacity (kekukuhan pendapat/takhayul), yaitu cara memperoleh pengetahuan yang sifatnya tidak rasional. Misalnya, keyakinan saya ketika berdoa
saat ada bintang maka doa saya pasti terkabulkan.
2. Otoritas, bisa jadi
seseorang yang mempunyai otoritas memberikan ilmu pengetahuan. Cara ini
sifatnya juga tidak rasional. Misalnya, mbah Marijan yang punya otoritas
sebagai juru kunci gunung merapi yang akan meletus maka warga tidak akan
menuruni gunung merapi sebelum ada instruksi dari mbah Marijan.
3. Intuisi, sesuatu yang
muncul secara tiba-tiba, tidak pernah dipersiapkan maupun dirasakan, yang
kemudian mempengaruhi pikiran dan perasaan kita. Cara ini sifatnya bisa
rasional maupun tidak rasional. Pengalaman bisa menghasilkan intuisi, sehingga
intuisi bisa saja rasional. Misalnya ketika akan keluar rumah tiba-tiba
perasaannya tidak enak.
4. Rasionalisme, cara
memperoleh pengetahuan ini dapat diketahui dengan berpikir atau secara logika.
Misalnya dua benda yang beratnya 2 Kg dan 5 Kg, secara logika benda yang lebih
berat akan lebih dahulu terjatuh ke tanah karena gravitasi.
5. Empirisme, yaitu
dengan menguji logika yang ada pada rasionalisme. Misalnya gelas yang berisi
air yang ditutupi kertas, logikanya jika dibalik pasti tumpah padahal airnya
tidak tumpah. Pengalaman terdahulu akan mempengaruhi cara seseorang mengatasi
masalahnya saat ini.
6. Science atau metode
ilmiah, yaitu cara memperoleh ilmu pengetahuan atau pengujian yang lebih
sistematis, objektif dan terkontrol. Sehingga kita tidak langsung menerima
pendapat bahwa IQ bagus berarti prestasinya baik, tapi harus mempertimbangkan
motif, status sosiao-ekonomi, insentif dan faktor lainnya. Sistematis artinya
mempunyai urutan mulai dari hipotesis, pengumpulan data, sampai terakhir pada
pembuatan kesimpulan. Objektif artinya penelitian dilakukan pada objek yang
tepat.
Menurut Kerlinger,
metode ilmiah atau investigasi adalah penelitian yang sistematis, terkendali
dan empirik terhadap sejumlah hipotesis yang dibangun dari waktu, struktur,
teori. Di dalam metode ilmiah
selalu ada teori dan hipotesis. Kemudian Kerlinger membuat bagan berikut ;
struktur teori -> hipotesis -> verifikasi teori
Peneliti membuat struktur teori yang
berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaannya. Setelah teori-teorinya mencukupi,
peneliti membuat hipotesis atau jawaban sementara atas pertanyaannya tersebut.
Kemudian hipotesis diubah menjadi verifikasi teori atau pembenaran teorinya.
Pendapat Kerlinger ini ekuivalen dengan pendapat John Dewey tentang ’berpikir ilmiah’, antara lain :
1. The felt need, yaitu
adanya perasaan membutuhkan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada
di pikiran kita. Kemudian kebutuhan dikerucutkan menjadi problem.
2. Problem, yaitu
mengenai permasalahan apa yang dihadapinya. Jika problemnya adalah ’X’ maka
jawabannya adalah ’ini’. Tapi jawaban tersebut masih bersifat sementara
(hipotesis).
3. Hipotesis, yaitu
jawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan kita. Setelah mendapat jawaban
maka kita turun ke lapangan untuk mendapatkan bukti.
4. Data-evidence (bukti)
5. Konklusi atau
kesimpulan
6. Generalisasi,
merupakan tambahan dari T.L Kelley
Posting Komentar