Pada tahun 2010, bioskop Indonesia
sempat dihadiri oleh film karya Christoper Nolan yang berjudul Inception. Singkatnya, film ini bercerita
tentang Dom Cobb yang mencoba mengambil informasi dengan cara masuk ke dalam
alam mimpi dan menginsepsi pikiran korbannya. Untuk bisa masuk dan menginsepsi,
tentunya Dom Cobb harus sadar ia bermimpi. Tapi apakah betul manusia bisa sadar
saat ia sedang bermimpi?
Dalam
psikologi, nyatanya ada beberapa individu yang menyadari bahwa ia tahu ia
sedang bermimpi. Aktivitas mental seperti ini dinamakan lucid dream. Lucid
dream dapat terjadi melalui dua cara: dream-initiated lucid dream (DILD)
yaitu saat manusia mengalami mimpi seperti biasa kemudian ia menyadari bahwa ia
sedang bermimpi dan wake-initiated lucid dream (WILD) yaitu manusia
sadar ia bermimpi semenjak ia dalam fase bangun hingga di alam mimpi. Inception
adalah contoh dari WILD ini.
Konsep yang
dikemukakan Frederik van Eden tentang individu mengontrol mimpi tersebut memang
bertolak belakang dengan pandangan umum. Selama ini, penelitian menunjukan
bahwa mimpi merupakan sebuah pengalaman mental orang yang sedang tidur yang
terjadi begitu saja dan tanpa tujuan (Domhooff, 1996). Mimpi dilihat sebagai
hal yang misterius, pasif, dan aktivitas mental yang diproduksi oleh bagian
otak yang mengatur tentang tidur (Flanaga, 2000; Hobson, 2002; Windt &
Metzinger, 2007). Selain itu, para pemimpi dilihat memiliki kemampuan yang
sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali untuk mengendalikan kejadian-kejadian
yang terjadi saat mimpi. Hobson’s (2002) menjelaskan—“secara normal kita
kehilangan … kesadaran merefleksi diri; kita tidak sadar dimana kita berada;
kita tidak dapat mengendalikan pikiran-pikiran kita; dan kita tidak bisa
melakukan penilaian kritis” (hal 141)— secara eksplisit mengasumsikan bahwa
sebagai besar orang dewasa mengalami pengalaman mimpi tanpa sadar bermimpi
tersebut. Maka, eksistensi lucid dream, adalah dimana individu sadar bahwa ia
sedang bermimpi dan mampu mengendalikan tindakan di dalam mimpi.
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Schredl dan Erlacher (2004) ditemukan bahwa 82%
dari partisipan pernah mengalami lucid dream setidaknya satu kali seumur hidup
dan hampir 37% dilaporkan mengalami lucid dream setidaknya satu bulan satu
kali. Individu yang memiliki keterlibatan lebih tinggi terhadap teknologi
(seperti video games) dikatakan lebih sering mengalami lucid dreams
dibanding individu lain (Gackenback, 2006, 2009). Lucid dream juga lebih sering
dialami pada dewasa muda, sebagaimana pengalaman banyak dewasa muda yang dapat
dengan mudah menghubungkan beberapa pengalaman sadar yang dikendalikan pada
saat terbangun.
Individu
yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda, terutama wanita lebih
mempercayai kemungkinan mengendalikan mimpi (Woolley & Boerger, 2002) .
Lalu penelitian selanjutnya setelah Woolley dan Boerger menemukan adanya
hubungan gender, pengalaman mimpi, kepercayaan tentang mimpi, dan struktur
batas. Sekitar 165 mahasiswa (68 perempuan) mengisi kuesioner Control of
Dreams Questionnaire dan Dream Experiences Interview-nya Wolley dan
Boerger dan ditemukan bahwa sekitar 94% responden berusaha untuk mengendalikan
mimpinya, 70% responden menjelaskan setidaknya ada satu yang episode mimpi yang
berhasil kontrol, dan 80% yakin bahwa orang lain dapat mengendalikan mimpinya
dalam situasi tertentu. Perempuan dilaporkan memiliki keberhasilan
mengendalikan mimpi daripada laki-laki.
Lucid dream
ini dijadikan treatment untuk mengurangi mimpi buruk. Dalam penelitian
Antonio L. Zadra tahun 1997 dilakukan dalam 5 studi kasus. Penelitian yang
berlangsung selama satu tahun ini menunjukkan bahwa 4 orang sudah tidak
mengalami mimpi buruk dan 1 orang mengalami penurunan intensitas dan frekuensi
mimpi buruk. Hasil ini mendukung ide bahhwa treatment menggunakan lucid dream
ini dapat menjadi dasar dari terapetik.
Ada sebuah
teknik mudah dari beragam teknik agar individu bisa mengalami lucid dream yaitu
teknik Stephen LaBerge’s Mnemonic Induction of Lucid Dreaming (MILD).
a. Pasang
alarm Anda untuk membangunkan 4.5, 6, atau 7.5 jam setelah tidur
b. Ketika
Anda terbangun karena alarm, cobalah untuk mengingat mimpi yang telah Anda lalui
sebanyak mungkin
c. Ketika
Anda berpikir bahwa Anda dapat mengingat banyak, kembali ke tempat istirahat,
imajinasikan Anda berada di mimpi sebelumnya dan menjadi sadar (aware)
terhadap apa yang sedang dimimpikan. Bilang kepada diri Anda, “Saya akan sadar
ketika saya bermimpi,” atau hal-hal lainnya. Lakukan hal ini hingga Anda hingga
Anda benar-benar tenggelam di dalamnya lalu pergi tidur
d. Jika ada
pemikiran-pemikiran yang secara acak keluar ketika Anda mencoba untuk tidur,
ulangi berimajinasi, beri sugesti pada diri, dan cobalah terus menerus. Jangan
khawatir jika Anda memerlukan waktu yang lama untuk ini. Semakin lama waktu
yang dibutuhkan, maka Anda akan jatuh tenggelam di dalamnya dan Anda akan
merasakan lucid dream.
Selamat
berpetualang di dunia mimpi!
(Nia Janiar)
Sumber:
Boerger,
Elizabeth A., 2009. Associations among boundary structure, gender, and beliefs
about control of dreams. Dreaming, Vol 19(3), Sep, 2009. pp. 172-186. US:
Educational Publishing Foundation
Zadra,
Antonio L. 1997. Lucid Dreaming as a Treatment For Recurrent Nightmares.
Psychotherapy and Psychosomatics, Vol 66(1), Jan-Feb, 1997. pp. 50-55.
Switzerland: Karger
Gambar
diambil dari: http://www.yerkaland.com/
Posting Komentar