Eksistensialisme
Seperti dikemukakan oleh ahli filsafat asal Jerman, Martin
Heidegger (1889-1976) dan Nitzsche (1844-1900), untuk menjawab pertanyaan
bagaimana caranya menjadi manusia yang unggul, jawabannya adalah jika mempunyai
keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur.
Eksistensialisme oleh kaum eksistensialis disebut “eks”,
berarti keluar, “sintesi” berarti berdiri. Jadi “ekstensi” berarti berdiri
sebagai diri sendiri.
Menurut Jean Paul Sartre adanya manusia itu bukanlah “ertre”
melainkan “a etre”. Artinya manusia itu tidak hanya “ada” tapi manusia juga
harus membangun “ada”-nya, yang dibentuk dengan tiada hentinya.
Jadi bisa kita simpulkan eksistensialisme merupakan paham yang berpusat pada individu atau manusia
itu sendiri yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas
tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar,
tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan
karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Viktor Frankl
Viktor Frankl, seorang
dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikister) keturunan Yahudi yang
menemukan serta mengembangkan logoterapi. Logoterapi berasal dari bahasa Yunani,
“logos” berarti makna dan juga rohani. Sedangkan “terapi” berarti penyembuhan.
Logoterapi secara umum dapat digambarkan
sebagai corak psikologi/psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada
manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna
hidup dan hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama manusia guna
meraih taraf kehidupan bermakna yang didambakan.
Asumsi Dasar Logoterapi
1.
Kebebasan berkehendak (freedom of will), artinya
manusia memilliki kebebasan, namun tidaklah mutlak, tetapi kebebasan untuk menentukan
sikap.
2.
Kehendak hidup bermakna (will to meaning),
artinya dengan kebebasan, manusia termotivasi untuk berkerja dan berkarya agar
hidupnya berharga.
3.
Makna hidup (meaning of life), artinya makna
hidup merupakan hal penting dan didambakan setiap manusia. Upaya manusia
menemukan dan mencari makna hidup merupakan motivator utama dalam hidup.
Sumber-sumber Hidup Yang Lain
1.
Self Preoccupation (sibuk dengan diri sendiri),
makna hidup bisa diperoleh dengan jaminan keuangan sehingga kebutuhan dasarnya
terpenuhi.
2.
Individualism, makna yang diperoleh melalui
prestasi, aktivitas dan waktu luang.
3.
Collectivisme, makna hidup dapat diperoleh dari
tradisi kebudayaan dan norma-norma sosial.
4.
Self-trancendence, makna hidup dapat diperoleh
dengan menghayati nilai-nilai, aktivitas keagamaan, dan menolong sesama.
Posting Komentar