Ada baiknya
kita membaca Pengertian akan Cinta Kasih menurut Swami Wiwekananda berikut ini
dari buku berjudul SUARA VIVEKANANDA yang dikumpulkan oleh Swami
Ranganathananda dalam Lembaga Kebudayaan Ramakrisna, Calcutta. Diterjemahkan oleh
Yogamurti Souw Tjiang Poh.
Dalam pada
itu, semua bentuk-bentuk keagamaan dengan lambing-lambang ini hanyalah
merupakan langkah permulaan: bukan cinta kasih yang sejati dari Ketuhanan.
Perihal cinta kasih telah kita dengar berulang-ulang yang diucapkan oleh
orang-orang di setiap tempat mereka itu berkata, “Cintailah Tuhan”. Rakyat
jelata tidak tahu apa yang harus dicintai itu dan mereka sendiri juga yang
berkata tidak tahu, sebab jika mereka sesungguhnya mencintai Tuhan, mereka
tidak akan mengeluarkan kata-kata yang demikian sembrono. Setiap orang
laki-laki dapat berkata yang dia bisa mencinta, tetapi segera kenyataannya dia
tidak punya cinta kasihdi dalam perangai atau wataknya. Setiap wanita bisa
berkata yang dia bisa mencinta, kemudian kenyataannya, sama sekali dia tidak
dapat. Dunia ini penuh dengan segala percakapan tentang cinta kasih, tetapi
sangat sulit sekali orang memperlihatkan cintanya.dimanakah cinta kasih?
Bagaimanakah anda tahu yang disitu ada cinta kasih? Ujian pertama dari cinta
ialah pertama-tama tidak adanya hal tawar-menawar. Selama saudara melihat
seorang mencintai orang lain untuk mendapatkan sesuatu daripadanya, ketahuilah
bahwa itu bukan cinta kasih, tetapi adalah hal jual beli. Apabila ada soal-soal
membeli dan menjual, disitu bukannya cinta kasih. Maka jika ada seseorang
bersembahyang kepada Tuhan dan Bermohon, “berilah saya ini, dan berilah saya
itu” ini bukanlah cinta, bukan cinta kasih kepada Tuhan. Mengapa tidak? Umpama
kami mengerjakan suatu persembahyangan kepada saudara, lalu saudara memberi
kami sesuatu sebagai pengembaliannya/jasanya; demikian kenyataannya dan ini
adalah berniaga, jual beli!
Cinta kasih selalu menempatkan dirinya sebagai si
Pemberi dan bukan si Penerima. Berkata seorang anak Tuhan: “jikalau Tuhan
menghendaki, saya berikan semuanya dan saya tidak akan meminta jasa apapun dari
Tuhan, asya tidak menginginkan sesuatu dalam dunia ini. Saya cinta Tuhan oleh
sebab saya ingin mencintai Beliau, dan saya tidak meminta sesuatu apapun
sebagai balasannya. Peduli apa dengan pengertian orang lain, apakah Tuhan Maha
Kuasa atau tidak? Saya tidak minta kekuasaan dari Beliau, tidak pula saya minta
Tuhan memperlihatkan kekuasaanNya/manifestasi kekuasaanNya diatas diri saya.
Cukuplah bagi saya, Tuhan adalah Yang Maha Welasasih, aku tidak perlu bertanya
lain-lainnya pula”.
Daya apakah itu yang menarik laki-laki kepada
laki-laki lainnya, seorang perempuan kepada perempuan lainnya, dan perempuan
kepada laki-laki, atau hewan-hewan kepada hewan-hewan lainnya, dengan daya
tariknya itu seantero dunia seakan-akan ditujukan kearah satu pusat?
Itu tidak lain daripada yang dinamakan cinta kasih.
Manifestasi daripada cinta ini dapat dilihat dari atom yang terendah sampai pun
pada mahluk yang tertinggi; menembusi segalanya, Maha Ada dimana- mana, itulah
cinta kasih. Apa yang Nampak sebagai daya tarik (attraction) diantara
mahluk-mahluk berpanca indera, mahluk-mahluk yang tak berindera, didalam arti
kelompok-kelompok khusus maupun dalam Alam Semesta umumnya ini, adalah cinta
kasih dari Ketuhanan.adalah pokok ini yang bekerja dalam Alam Semesta ini.
Dibawah pengaruh kekuatan ini Sang Keristus telah memberikan kehidupan
seluruhnya untuk manusia; Sang Buddha lebih hebat lagi sampaipun meliputi
kepada binatang-binatang, ibu kepeda anaknya, suami kepada isterinya. Adapun
dibawah pengaruh-pengaruh kekuatan cinta yang serupa ini sehingga orang-orang
kesatrya itu menyediakan kehidupannya untuk dikorbankan/dibaktikan bagi
negaranya, dan walaupun agak aneh kedangarannya, tetapi sesungguhnya dibawah
pengaruh kekuatan cinta yang serupa ini, pencuri itu melakukan pencurian,
pembunuh membunuh korbannya. Sekalipun dalam hal-hal demikian, jiwa manusianya
tetaplah sama, hanya bentuk/corak pernyataan cinta itu adalah berlainan. Inilah
daya motif yang ada dibelakang dunia ini, bahwa si pencuri itu mempunyai rasa
cinta kepada emas; cinta kasih ada disitu (pada barang) tetapi dalam jurusan
yang keliru. Demikian dengan kejahatan-kejahatan lainnya, seperti juga dalam
hal-hal kebajikan cinta kasih yang kekal selalu berdiri dibelakangnya. Umpama
seorang membuka surat check seribu dollar untuk penduduk New York sebagai
amalnya kepada orang-orang miskin, dan pada saat itu dalam kamar yang sama,
seorang lainnya lagi memalsu tanda tangan sahabatnya. Penerangan (lampu/sinar
matahari) yang dipakai pada saat dua orang itu membubuhkan tanda tangan adalah
sama, tetapi masing-masing mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri atas
pemakaian penerangan itu. Bukanlah penerangan (the light) yang harus dipuji
atau dikecam atas perbuatan-perbuatan mereka tersebut. Tidak terikat, tetapi
bersinar terang pada setiap tempat, adalah cinta kasih, daya penggerak (motive
power) dari pada dunia ini, tanpa itu dunia ini akan hancur dan cinta kasih ini
tidak lain daripada Tuhan (and this love is God).
“Tidak ada, oh kekasih, yang mencintai seorang suami
untuk kepentingan si suami itu, tetapi untuk kepentingan jiwa (bathin) yang ada
di dalam diri suami itu; tidak ada, oh kekasih, yang pernah mencintai seorang
istri untuk kepentingan si istri itu, melainkan untuk kepentingan jiwa yang ada
di dalam istri itu. Tidak ada siapa pun yang mencintai barang-barang lainnya,
kecuali untuk bathin (jiwanya)”. Sekalipun bentuk cinta dari diri pribadi yang
amat tercela ini, tidak lain daripada suatu manifestasi cinta yang sama.
Berdirilah disamping permainan ini, jangan mencampurbaurkan diri ke dalamnya.
Tetapi lihatlah panorama yang menakjubkan ini, sebuah drama kehidupan yang
agung, memperlihatkan permainan demi permainan, dan disinilah keadaan selaras
yang indah sekali. Semuanya ini adalah manifestasi dari cinta yang serupa.
Sekalipun dalam pengutamaan diri sendiri (selfishness); diri ini akan bertambah
lipat ganda, akan tumbuh dan membesar biak. Bahwa diri yang satu ini, seorang
laki-laki, akan berubah menjadi dua apabila dia menikah; beberapa diri lainnya
bertambah apabila mereka mendapatkan anak; dan demikianlah diri yang satu itu
tumbuh sampai dia merasakan antero dunia ini penuh dengan perangai-perangai
dirinya sendiri, seluruh alam semesta ini akan penuh sebagai diri sendiri. Ia
meluas kedalam satu kesatuan cinta kasih alam semesta, cinta kasih nan tak
terbatas, cinta kasih ini Tuhan sendiri.
“Aku tidak menghendaki kekayaan, tidak juga kesehatan;
aku tidak menginginkan kecantikan, tidak, aku tidak menginginkan intelek;
biarpun kami dilahirkan, dan dilahirkan berulang-ulang di tengah-tegah segala
keburukan ini dalam dunia, kami tidak akan mengeluh, tapi perkenankanlah kami
untuk mencintai Dikau, dan semata untuk mencintai”. Demikian sifat kegilaan
dari cinta kasih yang dapat dinyatakan dalam nyanyian ini. Bentuk cinta yang
paling tajam , paling kuat, dan paling menarik dalam cinta manusia, adalah yang
dinyatakan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita, dan oleh sebab itu,
maka bahasa tersebut dipergunakan orang juga untuk menyatakan suatu bhakti yang
terdalam. (bentuk cinta yang paling tajam ini, antara laki-laki dan wanita,
kita menpunyai istilah tertentu dalam bahasa Indonesia, yaitu apa yang kita
katakan: nafsu birahi, jadi bukanlah cinta/ S. Yogamurti). Kegilaan dari cinta
manusia (nafsu birahi) ini adalah suatu echo (kebalikan suara yang langsung)
yang terlemah daripada keagungan cinta para Suci (atau Bijaksanawan).
Kekasih-kekasih sejati dari ketuhanan menghendaki benar-benar untuk menjadi
gila, supaya mabuk dengan cinta kasih Ketuhanan, menjadi “manusia yang
ketagihan benar-benar akan Tuhan”. Mereka ingin meminum air nectar dalam
cangkir-cangkir yang berisikan cinta kasih yang telah disediakan oleh para
Guru-Guru yang Arif Bijaksana dalam setiap agama, yang telah menuangkan darah
hatinya ke dalam tempat-tempat itu, dan dimana telah dipusatkan seluruh harapan
mereka yang telah mencintai Tuhan tanpa mencari pahala, yaitu mereka
menghendaki cinta semata-mata untuk cinta kasih saja. Pahala dari cinta kasih
adalah cinta kasih saja. Pahala dari cinta kasih adalah cinta kasih, dan
alangkah mulia sekali pahala ini! Hanyalah ini yang dapat menyingkirkan derita
nestapa, hanya dengan minum air suci dari cangkir ini orang akan disembuhkan,
dan penyakit didunia ini akan lenyap. Manusia menjadi gila dalam Ketuhanan dan
melupakan diri pribadinya bahwa dia adalah seorang manusia.
Yang terakhir kita menemukan bahwa semua system yang
berlainan ini, pada akhirnya akan bertemu dalam suatu titik, yaitu persatuan
nan sempurna (Yoga). Kita selalu memulai langkah-langkah dalam keagamaan
sebagai seorang Dualis. Tuhan adalah Mahluk yang terpisah, dan saya adalah
mahluk lain yang terpisah. Cinta kasih datang menyertai di tengah-tengah, dan
manusia mulai mendekati Tuhan, dan Tuhan seakan-akan mulai mendekati manusia.
Manusia mengambil berbagai kedudukan-kedudukan dalam hubungan hidupnya debagai
ayah, ibu, sahabat, atau sebagai kekasihNya; dan titik terakhir itu dicapai
apabila dia menjadi satu dengan objek yang dipujanya. “saya adalah tuan = aku
adalah engkau; dan engkau adalah aku, sambil memuja kepada-mu aku memuja kepada
diri sendiri; dan selagi memuja diri sendiri sesungguhnya aku memuja dikau
juga’. Disini kita mengetahui puncak yang tertinggi bentuk pemujaan (worship)
yang dimulai dalam diri manusia itu. Pada mulanya cinta kasih untuk Diri,
tetapi dengan adanya tuntutan-tuntutan akan diri yang kecil ini membuat cinta
itu menjadi tamak (selfish); pada akhirnya sampailah kepada Cahaya yang penuh
gemilang, jikalau diri (the Self atau Bathin) ini telah berubah – meluas
menjadi Yang Tidak Terbatas (Infinite). Bahwa Tuhan yang mula-mulanya dipandang
sebagi sesuatu Mahluk yang berada di tempat lain, telah menjadi Cinta Kasih nan
Tidak Terbatas. Manusia itu sendiri pun berubah perangainya. Dia telah
sempurna. Dengan kesadaran Tuhan dia telah melemparkan segala
keinginan-keinginan yang sia-sia yang dahulunya demikian penuh adanya. Atas
kemauannya lenyap pula segala kepentingan-kepentingan diri pribadi, dan pada
puncaknya, dia yakin bahwa Cinta kasih, perbuatan mencintai, yang dicintai dan
yang mencintai itu adalah Satu (Esa).
Posting Komentar