© Copyright 2014 Duta Glory Community | Irwan Wicaksono | 085728802936 Psikologi Dan Bisnis - All Rights Reserved - http://www.dni.co.id

Membimbing Anak Agar Menjadi Individu yang Percaya Diri



Keluarga merupakan lingkungan pertama seorang individu mempelajari berbagai macam hal. Di sini setiap individu mendapatkan bekal utama sebelum melangkah menuju tempat yang lebih jauh, baik itu sekolah, pergaulan maupun masyarakat.
Pola asuh serta suasana yang dibangun orang tua dapat berpengaruh terhadap karakter anak.  Apabila orang tua demokratis, adil, mendengarkan anaknya serta membangun suasana yang nyaman dan aman, maka anak pun akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan optimis dalam menghadapi tantangan yang dia temui. Akan tetapi, jika orang tua acuh, otoriter, tidak harmonis dan membangun suasana permusuhan dalam keluarga, maka anak akan menjadi pesimis, menarik diri dan merasa memiliki kemampuan rendah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Iklim yang terdapat dalam keluarga merupakan hal yang penting dalam membangun diri individu. Salah satu aspek yang berkembang adalah rasa percaya diri anak. Anak yang mendapatkan dukungan besar dari orang tuanya tidak akan ragu untuk mengeksplorasi lingkungannya. Orang tua harus memupukkan rasa keyakinan bahwa si anak dapat menyelesaikan berbagai masalah berdasarkan tugas-tugas yang telah dia kerjakan sebelumnya. Hal tersebut disebut dengan meta – confidence. Tentunya, untuk mendapatkan hasil yang kuat, orang tua harus bekerja sama dengan baik dalam penerapannya.

Dalam mengembangkan dirinya, seorang anak butuh tahu terlebih dahulu bahwa dia berada dalam lingkungan yang aman. Hubungan yang harmonis di antara orang tua memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak.  Hal tersebut juga menunjukkan betapa kokoh pondasi yang mereka buat. Sehingga tidak akan mudah tergoyahkan oleh berbagai masalah yang ada.
Lalu, apakah itu artinya orang tua yang baik harus lepas dari konflik pribadi?  Tentu tidak. Dalam suatu hubungan, tentu terdapat perbedaan – perbedaan antara seseorang dengan pasangannya. Perdebatan juga seringkali muncul untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Nah, di sinilah tantangannya. Bagaimana mungkin orang tua dapat mengajarkan cara untuk menyelesaikan masalah dengan baik, jika mereka sendiri tidak mampu menemukan solusi dari pertentangan yang mereka hadapi? Sementara seperti yang kita ketahui bersama, anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka. Mereka mencontoh strategi penyelesaian masalah yang dilakukan ayah dan ibunya. Apabila, kedua orang tua gagal melakukan hal tersebut, maka jangan heran kalau anak juga gagal dalam menyelesaikan persoalan yang ia hadapi. Kegagalan demi kegagalan yang anak hadapi, membuatnya cenderung lari dari masalah dan menutup diri dari pergaulan, karena merasa tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi kesulitan yang ada di lingkungannya.
Akan tetapi hasil yang didapat akan jauh berbeda jika orang tua memilih untuk duduk dengan tenang untuk mendiskusikan alternatif solusi mengenai persoalan yang mereka hadapi. Tidak ada suara yang keras maupun perilaku kekerasan yang dilakukan oleh satu orang kepada yang lainnya. Dengan demikian, anak akan belajar mengenai ketegaran, toleransi, sikap menghargai dan tahu bagaimana mengungkapkan pendapatnya dengan baik.
Orang tua jelas tidak hanya bertugas untuk memperkenalkan anak dengan dunia. Namun lebih jauh lagi, orang tua juga sebaiknya dapat membimbing anak-anaknya dalam menghadapi persoalan sepanjang perkembangannya. Untuk itu, orang tua juga hendaknya dapat menjadi model yang baik dalam menyelesaikan masalah.


Sumber :

Posting Komentar