Keluarga
merupakan lingkungan pertama seorang individu mempelajari berbagai macam hal.
Di sini setiap individu mendapatkan bekal utama sebelum melangkah menuju tempat
yang lebih jauh, baik itu sekolah, pergaulan maupun masyarakat.
Pola asuh
serta suasana yang dibangun orang tua dapat berpengaruh terhadap karakter
anak. Apabila orang tua demokratis, adil, mendengarkan anaknya serta
membangun suasana yang nyaman dan aman, maka anak pun akan tumbuh menjadi
pribadi yang percaya diri dan optimis dalam menghadapi tantangan yang dia
temui. Akan tetapi, jika orang tua acuh, otoriter, tidak harmonis dan membangun
suasana permusuhan dalam keluarga, maka anak akan menjadi pesimis, menarik diri
dan merasa memiliki kemampuan rendah untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Iklim yang
terdapat dalam keluarga merupakan hal yang penting dalam membangun diri
individu. Salah satu aspek yang berkembang adalah rasa percaya diri anak. Anak
yang mendapatkan dukungan besar dari orang tuanya tidak akan ragu untuk
mengeksplorasi lingkungannya. Orang tua harus memupukkan rasa keyakinan bahwa
si anak dapat menyelesaikan berbagai masalah berdasarkan tugas-tugas yang telah
dia kerjakan sebelumnya. Hal tersebut disebut dengan meta – confidence.
Tentunya, untuk mendapatkan hasil yang kuat, orang tua harus bekerja sama
dengan baik dalam penerapannya.
Dalam
mengembangkan dirinya, seorang anak butuh tahu terlebih dahulu bahwa dia berada
dalam lingkungan yang aman. Hubungan yang harmonis di antara orang tua
memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak. Hal tersebut juga menunjukkan
betapa kokoh pondasi yang mereka buat. Sehingga tidak akan mudah tergoyahkan
oleh berbagai masalah yang ada.
Lalu, apakah
itu artinya orang tua yang baik harus lepas dari konflik pribadi? Tentu
tidak. Dalam suatu hubungan, tentu terdapat perbedaan – perbedaan antara
seseorang dengan pasangannya. Perdebatan juga seringkali muncul untuk mempertahankan
pendapat masing-masing. Nah, di sinilah tantangannya. Bagaimana mungkin orang
tua dapat mengajarkan cara untuk menyelesaikan masalah dengan baik, jika mereka
sendiri tidak mampu menemukan solusi dari pertentangan yang mereka hadapi?
Sementara seperti yang kita ketahui bersama, anak cenderung meniru perilaku
orang tua mereka. Mereka mencontoh strategi penyelesaian masalah yang dilakukan
ayah dan ibunya. Apabila, kedua orang tua gagal melakukan hal tersebut, maka
jangan heran kalau anak juga gagal dalam menyelesaikan persoalan yang ia
hadapi. Kegagalan demi kegagalan yang anak hadapi, membuatnya cenderung lari
dari masalah dan menutup diri dari pergaulan, karena merasa tidak memiliki
kemampuan yang cukup untuk menghadapi kesulitan yang ada di lingkungannya.
Akan tetapi
hasil yang didapat akan jauh berbeda jika orang tua memilih untuk duduk dengan
tenang untuk mendiskusikan alternatif solusi mengenai persoalan yang mereka
hadapi. Tidak ada suara yang keras maupun perilaku kekerasan yang dilakukan oleh
satu orang kepada yang lainnya. Dengan demikian, anak akan belajar mengenai
ketegaran, toleransi, sikap menghargai dan tahu bagaimana mengungkapkan
pendapatnya dengan baik.
Orang tua
jelas tidak hanya bertugas untuk memperkenalkan anak dengan dunia. Namun lebih
jauh lagi, orang tua juga sebaiknya dapat membimbing anak-anaknya dalam
menghadapi persoalan sepanjang perkembangannya. Untuk itu, orang tua juga
hendaknya dapat menjadi model yang baik dalam menyelesaikan masalah.
Sumber :
Posting Komentar